TUHAN SAMA DENGAN KITA

Posted: Selasa, 06 Juli 2010 by smarters06 in Label:
5

Jangan dulu membebani fikiran anda dengan ragam penafsiran yang anda miliki. Judul tulisan ini sebenarnya memang bukan seperti yang anda kira. Hanya saja saya bingung memberikan judul yang pas, singkat, dan tentunya membuat pembaca penasaran, mengingat betapa pentingnya tulisan ini. Oke. Jadi judul di atas sebenarnya adalah gambar yang saya konversi menjadi rangkaian kata. Mari kita lihat yang berikut ini :



Ini adalah gambar yang saya makud. Dimana terdapat dua garis lurus yang tidak seberapa jauh atau boleh dikatakan sangat dekat jaraknya jika kita hubungkan garis tersebut secara vertikal. Dua garis lurus yang saya gambarkan tersebut dalam disiplin ilmu matematika mirip dengan tanda sama dengan (=) pada operasi perhitungan. Tentunya, sekali lagi atas dasar “promosi tulisan”, maka judul di atas akhirnya menjadi seperti yang anda baca pada kata-kata pertama dalam tulisan ini.
to the point....
Saya sangat yakin anda akan memberi jawaban “tentu!”, jika saya berikan pertanyaan “apakah anda punya agama?”. Lalu anda akan sambung jawaban anda atas pertanyaan saya “Berarti anda punya Tuhan?” dengan “Aneh. Ya tentu saja”.
Inilah fakta sebenarnya yang ANEH:
Anda mengaku punya agama dan pastinya satu paket dengan pengakuan punya Tuhan. Tapi apakah selama ini anda sempat berfikir dimana Tuhan. Di langit? Di balik matahari? Atau apabila ada yang mengatakan Tuhan itu ada dalam diri kita, apakah itu berarti dapat diartikan secara harfiah? Di dalam jantung sebagai darah? Di dalam kepala sebagai otak??
Ini memang pemikiran yang bisa saja membuat kita bingung dan kemungkinan terburuknya menciptakan manusia tidak beriman. Untuk itu mari kita buat ini sangat simple.
Apapun agama anda saya yakin bertujuan untuk membuat kehidupan kita lebih teratur, terlepas dari masalah ketauhidan, ajarannya tidak jauh berbeda. Membawa Kebajikan. Tapi apakah secara personal apa yang telah anda rasakan dengan merasa memiliki TUHAN???? Apapun jawabanya mari kita renungkan bersama.
“Dan memintalah kepada-Ku. Niscaya Aku akan mengabulkannya”.
Begitu kira-kira salah satu firman Tuhan dalam Al-Qur’an. Saya dapat menerjemahkan firman tersebut dalam bahasa yang sesuai dengan topik tulisan ini. “Dan jika kamu dekat dengan-Ku. Aku akan mengabulkan doamu”.
Yup! Seberapa dekat kita dengan Tuhan??
Kita tidak dapat menerjemahkan pertanyaan tersebut secara harfiah. Jika kita lihat gambar tadi, maka dapat kita fahami satu hal. Jika kita menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya maka tidak lagi kita berada pada garis yang berbeda dengan Tuhan. Dua garis lurus nampak dekat, namun keduanya tidak akan menemukan titik temu satu sama lain, bahkan jika garis tersebut diperpanjang sampai melingkari bumi.
Inilah maksud saya. Betapa kita sering menganggap sesuatu hal itu baik untuk kita padahal belum tentu menurut Tuhan. Kita sering meminta sesuatu yang kita inginkan, bukan yang kita perlukan. Inilah mengapa kita sering berada pada posisi garis lurus yang berbeda dengan Tuhan. Mari kita renungkan SMS yang dikirimkan untuk saya dari seorang teman.
“Aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Ia memberi kaktus berduri.
Aku minta pada Allah binatang mungil nan cantik, Ia beri aku ulat berbulu.
Aku sedih Allah tidak memberi apa yang aku harapkan. Aku protes dan kecewa. Betapa tidak adilnya ini.
Namun, akhirnya kaktus itu berbunga indah bahkan sangat indah, dan ulat itupun tumbuh dan berubah menjadi kupu2 yang amat cantik”.
Itulah jalan Tuhan yang saya gambarkan sebagai sebuah garis lurus. Indah pada waktunya. Tuhan tidak memberikan apa yang kita harapkan tapi apa yang kita perlukan. Adanya kita sedih, kecewa dan terluka, tapi jauh di atas sana sedang merajut yang terbaik untuk kehidupan kita. (Jaja Mujahidin)

5 komentar:

  1. Anonim says:

    sip kang.. emang super kreatif deh !

  1. thx lah. sami2.
    diharapkan kritik sarannya.

  1. Anonim says:

    Dimana Allah?

    Oleh Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat

    Saya akan menjelaskan salah satu aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, yang telah hilang dari dada sebagian kaum muslimin, yaitu : tentang istiwaa Allah di atas Arsy-Nya yang sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan-Nya. Sehingga bila kita bertanya kepada saudara kita ; Dimana Allah ? Kita akan mendapat dua jawaban yang bathil bahkan sebagiannya kufur..! :

    Allah ada pada diri kita ini ..!

    Allah dimana-mana di segala tempat !

    Jawaban yang pertama berasal dari kaum wihdatul wujud (kesatuan wujud Allah dengan manusia) yang telah dikafirkan oleh para Ulama kita yang dahulu dan sekarang. Sedangkan jawaban yang kedua keluar dari kaum Jahmiyyah (faham yang menghilangkan sifat-sifat Allah) dan Mu’tazilah, serta mereka yang sefaham dengan keduanya dari ahlul bid’ah.

    Rasulullah pernah mengajukan pertanyaan kepada seorang budak perempuan milik Mua’wiyah bin Al-Hakam As-Sulamy sebagai ujian keimanan sebelum ia dimerdekakan oleh tuannya yaitu Mu’awiyah :

    Artinya :

    ”Beliau bertanya kepadanya : ”Di manakah Allah ?. Jawab budak perempuan : ”Di atas langit. Beliau bertanya (lagi) : ”Siapakah Aku ..?. Jawab budak itu : ”Engkau adalah Rasulullah”. Beliau bersabda : ”Merdekakan ia ! .. karena sesungguhnya ia mu’minah (seorang perempuan yang beriman)”.

    Hadits shahih. Dikeluarkan oleh Jama’ah ahli hadits, diantaranya :

    Imam Malik (Tanwirul Hawaalik syarah Al-Muwath-tho juz 3 halaman 5-6).

    Imam Muslim (2/70-71)

    dll.

    *Nabi kita SAW telah bersabda :
    Artinya :
    “Orang-orang yang penyayang, mereka itu akan disayang oleh Allah Tabaaraka wa Ta’ala (Yang Maha berkat dan Maha Tinggi). oleh karena itu sayangilah orang-orang yang di muka bumi, niscaya Dzat yang di atas langit akan menyayangi kamu”. (Shahih. Diriwayatkan oleh Imam-imam : Abu Dawud No. 4941. Ahmad 2/160. Hakim 4/159. dari jalan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash. Hadits ini telah dishahihkan oleh Imam Hakim dan telah pula disetujui oleh Imam Dzahabi. Demikian juga Al-Albani telah menyatakan hadits ini shahih dikitabnya “Silsilah Shahihah No. 925″.

    “Barangsiapa yang tidak menyayangi orang yang di muka bumi, niscaya tidak akan disayang oleh Dzat yang di atas langit”. (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Thabrani di kitabnya “Mu’jam Kabir No. 2497 dari jalan Jarir bin Abdullah. Imam Dzahabi di kitabnya “Al-Uluw” hal : 83 diringkas oleh Al-Albani) mengatakan : Rawi-rawinya tsiqaat/kepercayaan).

  1. Anonim says:
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
  1. Anonim says:
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.